OMG OMG, sudah sebulan lebih lewat dari konser keduanya Morrissey di Jakarta, dan gw belum sempat menulis tentang konser tersebut.. I'm sorry Moz.
Sejak mengetahui kabar bahwa Morrissey akan kembali tampil di Jakarta untuk kedua kalinya (setelah penampilan pertamanya tahun 2012 lalu, di mana gw waktu itu menonton juga) tentu saja gw merasa gembira dan bahagia. Morrissey adalah salah satu musisi idola gw sejak mengenal lagu-lagunya dari tahun 1994-1995 lalu. Apalagi setelah mengenal sosoknya lebih jauh lagi, tentang personalitynya, tentang pola pikirnya, sejak itu gw menobatkan eks vokalis The Smiths ini sebagai salah satu idola gw di bidang musik. Konser dia di Jakarta tahun 2012 lalu juga merupakan salah satu konser terbaik yang pernah gw tonton. Apa sih indikasi konser itu bagus dan menarik menurut gw? Yaitu di mana gw bisa lepas ber-sing along, bergoyang berdansa ber-moshing & stage diving dan sebagainya pada konser itu. Tidak selalu dengan panggung dan tata suara yang wah megah, tak perlu di venue yang eksklusif, yang penting gw bisa merasakan euforia berada dalam kerumunan penonton lainnya. Nah itulah yang gw rasakan pada konser Moz tahun 2012 lalu. Lalu bagaimanakah dengan konser Moz pada 12 Oktober lalu?
Konser kedua Moz di Jakarta kali ini diadakan di GBK Sports Complex Senayan (ex Golf Driving Range Senayan). Sebuah venue yang setau gw baru kali ini dijadikan tempat konser yang diadakan di Jakarta. Outdoor? Ya jelas. Masih sekitaran Senayan juga sih di mana pada 2012 lalu Moz tampil di Tennis Indoor Senayan. Karena Oktober lalu Jakarta sudah mulai memasuki musim penghujan, gw pun sebagai seorang concert goer sudah mengantisipasi bahwa venue pasti akan becek, jadi dari rumah gw udah langsung memakai celana pendek 3/4 gw dan sepatu Converse yang udah jarang gw pakai. Benar, pada akhirnya setelah konser gw gak perlu lagi pusing akan kotornya jeans dan sepatu yang biasa gw pakai, ha.
Gw tiba di venue sekitar jam 5 sore. Sudah ramai para penggemar Moz di sana. Terdengar check sound dari panggung lagu-lagu Moz dimainkan. Ada Suedehead, Let Me Kiss You, Ouija Board dan beberapa lagu lainnya. Gw langsung memastikan bahwa lagu-lagu tersebut akan dimainkan juga nanti pada saat konser. Setelah ber-swafoto di depan gerbang masuk venue, gw pun masuk ke dalam menukarkan tiket gw di Ticket Box, lalu mengantri. Wah di dalam antrian sudah agak lumayan panjang. Padahal open gate masih sekitar satu setengah jam lagi. Gw pun akhirnya mengantri di salah satu barisan. Tapi setelah beberapa saat kok gw merasa aneh. Di barisan gw kenapa cuman sedikit ya yang antri, sedangkan dua barisan di samping gw lebih panjang. Gw pun bertanya pada orang di depan gw, apakah barisan ini untuk pembeli tiket VIP? Tapi nggak kok, dia juga tiket Reguler sama kayak gw. Jadi yaudahlah gw tetap mengantri di situ. Toh kalo memang antrian kami salah petugas di depan pasti sudah memberitahu kami untuk antri pada barisan yang dua lagi.
Tapi gw kembali berpikir, gw kan pemegang tiket Fast Track. Gw beli tiket ini pada saat acara rutin bulanan Selecta Pop edisi The Cure vs Morrissey sebulan sebelumnya. Sebuah acara musik rutin bulanan yang diadakan oleh komunitas GOB (Grup Orang Bener) di Facebook. Nah di acara tersebut hadir pula perwakilan dari pihak promotor yaitu kiosPLAY untuk sembari berjualan tiket di sana. Benefit membeli tiket di acara itu yaitu mendapatkan tiket Fast Track, jadi pemegang tiket itu nantinya bisa langsung masuk tanpa harus mengantri lagi. Lalu gw berpikir, untuk apa gw ngantri di sini. Sebelum mengantri tadi sih gw udah sempet nanya sama salah satu petugas di depan gate, dimanakah pemegang tiket Fast Track harus mengantri. Dia jawab ke gw bahwa gw tetap ikut antrian yang ada. Loh...gak jelas.. Maka dari itulah gw mengantri di antrian gw sekarang. Tapi naluri gw mengatakan bahwa gw seharusnya tidak berada di sini. Gw tinggalkan antrian gw dan kembali maju ke depan gate. Gw kembali menanyakan ke petugas yang lain bahwa gw pemegang tiket Fast Track apakah gw bisa langsung masuk? Kebetulan di depan gw ada beberapa orang yang diperbolehkan masuk, beberapa diantaranya bule-bule yang udah gw perhatikan dari tadi sih.. Kata salah satu petugas gate, setelah mengetahui gw pemegang tiket Fast Track, gw diperbolehkan masuk tuh.. Gw disuruh ikut masuk aja bersama beberapa orang tadi, eh pas gw udah mau masuk, ada salah satu petugas di arah belakang gw yang nanya, gw ini siapa. Loh, ternyata orang-orang yang udah masuk duluan tadi adalah para Guest List. Nah miskom lagi kan antara petugas-petugas itu. Akhirnya gw gak boleh jadi masuk duluan. Gw ditanya sama petugas yang tadi berada di belakang gw, "tiket lo beli di mana?". Gw bilang, "Gw beli di JK7 Bar Kemang bulan lalu, gw beli tiket Fast Track". Lalu dia bilang gw disuruh nunggu dulu sampe ada 30 orang pemegang tiket Fast Track baru gw bisa masuk. Nah nunggulah gw di deket gate, ada dua orang penggemar Moz lainnya yang juga ternyata pemegang tiket Fast Track dan beli di acara yang di JK7 Bar itu juga. Lalu ngobrol-ngobrolah kami.
Gw liat antrian penoton sudah makin mengular memanjang ke belakang, sebentar lagi sudah jam 18.30 nih, jadwalnya open gate. Gw berpikir dan bertanya kepada dua orang teman baru gw itu, "ini kita nungguin sampe 30 orang dulu baru boleh masuk? lalu kalo jam 18.30 belom ada 30 orang, lalu orang-orang yang ngantri ini udah boleh masuk duluan, lalu apa untungnya kita sebagai pemegang tiket Fast Track?!", ujar gw kepada mereka. Mereka pun sadar, 'oh iya ya.. nah itu tuh.. gak jelas nih.." kata mereka. Iya kan, nungguin 30 orang pemegang tiket Fast Track mau sampe kapan, ada yang masih di jalan mungkin dan belum sampai ke venue. Lalu kalo jam 18.30 gate masih belum dibuka, bisa ngamuk ini ribuan orang yang udah pada ngantri panjang begini. Agak kesel juga sih gw dan temen-temen baru gw itu. Namun beberapa saat kemudian, terdengar suara dari walkie talkie salah satu petugas, bahwa kami tiga orang ini diperbolehkan masuk duluan. Nah dari tadi kek.. bingung kan lo, mau nungguin 30 orang pemegang tiket Fast Track apa masukin penonton yang ngantri duluan. Kenapa gak dari tadi aje masukin kami ahelah.
Jadi masuklah kami bertiga. Melewati security check seperti pada konser-konser umumnya. Parfum gw sempet akan disita oleh petugas yang meriksa gw. Gw sih udah pasrah kalo parfum gw mereka ambil. Tapi salah satu petugas lainnya akhinya bilang gpp deh bawa aja parfum gw. Belakangan gw baca di grup Facebook Morrissey Fans Indo ada seorang penonton cewek yang baru aja siang tadi beli parfum dan parfumnya diambil aja gitu loh, gak dibalikin pas akhir konser. Cewek itu menyampaikan unek-uneknya kepada promotor di grup FB itu, kenapa parfumnya diambil. Intinya dia gak rela parfumnya diambil. Sampe disumpahin itu orang yang ngambil parfumnya. Itu baru satu diantara banyak unek-unek dari para penonton yang kecewa kepada promotor. Nanti gw ceritain lebih lanjut.
Akhirnya, gw sudah di dalam venue. Masih sepii.. Gw bisa jalan-jalan dulu ngeliat booth-booth yang ada. Namun sayangnya gak gw temuin satu pun booth makanan dan minuman yang ada. Padahal rencananya gw mau isi perut dulu sebelum konser dimulai. Di rundown konser dimulai jam 8. Gw masuk masih jam 6 lewat. Konser selesai bisa jam 10an. Gw gak mau nyanyi nyanyi joget joget dalam keadaan perut kosong. Tapi apa mau dikata, tak ada satupun booth penjual makanan ada di situ, hiks hiks.. Ntahlah, mungkin ini salah satu permintaan dari Morrissey. Ah tapi gak juga ah, waktu konser tahun 2012 lalu di Tennis Indoor Senayan banyak kok booth penjual makanan dam minuman non daging (seperti kita tahu, Morrissey adalah seorang Animal Activist, dia menentang daging hewan dijadikan makanan). Nah berkaca dari konser tahun 2012 lalu, itu buktinya boleh ada penjual makanan. Gak apa-apa yang dijual adalah makanan vegetarian, yang penting kami bisa makan. Nah gak tau deh sekarang ini apa pertimbangannya kok gak ada booth penjual makanan dan minuman.
Lalu gw dan teman-teman baru gw tadi saling bergantian minta tolong difotoin di photo booth yang disediakan promotor. Mumpung masih sepi. Ntar kalo udah rame udah susah lagi foto-foto, pikir kami. Akhirnya setelah beberapa saat bernarsis-narsisan, kami pun berpisah. Mereka masuk ke pintu masuk VIP (karena mereka beli tiket yang VIP), dan gw sebagai pemegang tiket Reguler masuk ke pintu masuk Reguler. Akhirnya masuklah gw ke area penonton Reguler. Masih sepii.. Gw langsung ambil posisi di pojok depan barikade/pagar pembatas antara kelas Reguler dan VIP. dari jauh gw liat beberapa orang Guest List yang sore tadi sudah masuk duluan ada di depan panggung kelas VIP. Di kelas Reguler sepertinya baru gw doang yang masuk. Gw pun mengabadikan momen tersebut dengan mengambil video suasana venue saat itu, lalu gw posting di akun Twitter gw.
Panggung masih terlihat gelap. Terdengar lagu seriosa dari ntah siapa yang menyanyikan sedang diputar sebagai pengiring momen menunggu dimulainya konser. Cukup lama gw berdiri sendiri di situ, menikmati momen-momen hening ini sebelum That Charming Man naik ke panggung. Tak berapa lama kemudian, satu persatu penonton mulai ramai berdatangan masuk, sampai akhirnya di kelas Reguler gw lihat ke belakang sudah penuh oleh lautan manusia. Bagaimana di kelas VIP? Masih terlihat kosong! Jujur sedih gw ngeliatnya. Gw membayangkan gimana perasaan Moz saat melihat kelas VIP yang melompong begitu. Beberapa tahun lalu setelah konser pertamanya di Jakarta, di situs resmi Moz yang dikelola penggemar-penggemar kepercayaannya, www.true-to-you.net, dalam satu sesi wawancara Moz ditanyakan sampai saat ini dimanakah konser dengan penonton yang sangat berkesan untuk dia. Moz menjawab, Jakarta. Kata Moz, semua orang mengira bahwa New York-lah audience yang paling berkesan untuknya. Itu salah, ujar Moz. Jakarta mendapat tempat terbaik di hati seorang Morrissey, dan dia sangat mendambakan kapan bisa kembali lagi ke Jakarta. Setelah di konser kedua ini, apakah Jakarta masih mendapat tempat terbaik di hatinya?. Kita lihat saja nanti.
Harusnya promotor jangan membatasi kembali pagar di kelas VIP dan Reguler. Maksud gw, it's ok lah kalo antara penonton Reguler dan VIP dibatasi oleh barikade. Tapi di masing-masing kelas tersebut tidak usah dipisah lagi menjadi dua bagian. Akibatnya jadi telihat melompong. Harusnya promotor mencontoh saat konser Weezer di Lapangan D Senayan tahun 2013 lalu. Antara penonton VIP dan Reguler memang dibatasi, namun kami tidak dipecah dua lagi si masing-masing kelas tersebut. Jadi konser Weezer itu sendiri terlihat sangaat ramai oleh penonton, tidak ada satu celahpun yang kosong. Itulah menurut gw kesalahan promotor Moz tahun ini. Mereka tidak bisa memprediksi. Gw udah duga dengan tiket VIP seharga 1,5 juta pasti tidak akan banyak orang yang membeli tiket VIP tersebut. Tapi hal itu bisa disiasati dengan 'menumpuk' para penonton menjadi satu kesatuan. Jarak dari penonton ke panggung pun jadi sangat jauh. Beda pada tahun 2012 lalu, di mana kami seakan tak ada jarak dengan Moz. Para penggemar Moz pun tau bahwa Moz sebenarnya senang kalau ada Moz-Hugger yang naik ke atas panggung. Terbukti jarak yang dekat antara penonton dengan Moz di tahun 2012 lalu membuat 3 orang penonton berhasil naik ke panggung dan memeluk Moz. Itulah salah satu yang membuat konser tahun 2012 lalu terasa sangat menyenangkan. Lalu bagaimana dengan tahun ini. Adakah Moz-Hugger yang bisa naik ke atas panggung? Sama sekali tidak ada.
Well, kembali ke situasi di venue. Seperti tahun 2012 lalu sembari menunggu konser dimulai, penonton disuguhi beberapa video klip dan cuplikan-cuplikan adegan dari beberapa film. Tercatat ada pemutaran video klip dari Ramones, Sex Pistols, Alice Cooper dan beberapa lainnya. Ntah kenapa, menurut gw video-video yang ditampilkan pada sesi ini masih lebih menarik yang ditampilkan pada tahun 2012 lalu dan gw lebih bisa menikmatinya. Ntah apakah hanya gw yang merasakan hal ini.
Nah setelah kami disuguhi video-video tersebut, inilah saat yang ditunggu-tunggu. Morrissey bersama band pengiringnya naik ke atas panggung. Penonton pun bersorak. Suedehead, Alma Matters dan Everyday is Like Sunday menjadi tiga lagu pertama yang dibawakan dan menurut gw itu pembuka konser yang sangat menyenangkan. Koor massal tak terelakkan, apalagi saat Alma Matters dibawakan. Morrissey pun sempat berujar "very nice" saat mendengar penonton bernyanyi bersama. Selanjutnya lagu-lagu yang sudah gw perkirakan akan dibawakan saat mendengar check sound sore tadi seperti Ouija Board dan Let Me Kiss You benar ternyata dibawakan juga. Sebelum memulai lagu World Peace is None Of Your Business, Moz sempat bertanya kepada penonton, "Do you like Donald Trump?". Kontan serentak pennton berteriak "Noo...". Moz pun berujar, "oh why.. i thought because world peace is none of your business.."
Morrissey juga seorang penggemar The Ramones, khususnya sang gitaris Johnny Ramone. Mungkin itulah mengapa Moz pada turnya setahun belakangan ini kerap membawakan lagu Judy is a Punk milik The Ramones. Tak terkecuali saat di Jakarta kemarin, dan gw yang juga seorang penggemar Ramones pun sumringah saat lagu tersebut dibawakan oleh Moz. Salah satu lagu yang juga mampu membuat koor massal penonton yaitu First of The Gang to Die tak ketinggalan pula dibawakan secara semi akustik, terlihat dari Boz Boorer, sang gitaris yang sudah menemani Moz sejak awal karier solonya memainkan lagu itu menggunakan gitar akustik. Padahal menurut gw lagu tersebut terasa feelnya kalau dimainkan dengan distorsi gitar seperti di album. Ya but it's ok lah. Buktinya kami tetap ber-sing along kok. Namun ada hal yang mengganjal hati gw. Sering di pergantian beberapa lagu saat jeda, suasana terdengar senyap. Tidak ada gemuruh penonton yang berteriak-teriak atau membuat suasana gaduh lainnya. Sepi, adem ayem. Hanya sesekali ada penonton yang berteriak "Morrissey I love you.." dan dijawab oleh Moz dengan "I love you too.." dengan suara seeprti anak kecil. Atau sempat juga di kelas Reguler sebelah gw, ada beberapa penonton yang nge-chant "We love Morrissey, we do.. We love Morrissey, we do.. We love Morrissey, we do.. ooh Morrissey we love you.." dengan tunes seperti chant Manchester United (setiap penggemar United pasti tau gimana chant tersebut). Gw pun yang mendengar chant tersebut langsung ikut menyanyikan. Tapi ya hanya sebatas itu aja. Ntah itu terdengar oleh Moz atau tidak. Gw hanya mau membuat suasana lebih ramai. Lagi-lagi penyebabnya menurut gw adalah masalah pengaturan barikade penonton yang jauh dari Moz!. Oh we're sorry Moz.. andai kami bisa membuat suasana lebih meriah lagi..
Namun ada hal yang menarik pada konser Moz tahun ini, yaitu visual yang terpampang pada setiap lagu dimainkan. Menurut gw visual yang ditampilan jauh lebih menarik dibandingkan tahun 2012 lalu. Baik itu gambar maupun video yang ditampilkan. Pada lagu Ganglord misalnya, visual yang ditampilkan adalah video tentang kekerasan yang dilakukan aparat keplisian pada penduduk sipil di berbagai momen. Pada lagu Jack The Ripper (kalo gak salah) visual yang ditampilkan adalah gambar foto pangeran William dan istrinya Kate Middleton dengan tulisan United King-Dumb memakai font bendera Union Jack. Lalu di lagu Meat is Murder visual yang ditampilkan adalah video tentang pembunuhan massal hewan-hewan di seluruh dunia. Di akhir video terpampang tulisan dengan bahasa Indonesia, "Apa alasanmu sekarang? Daging adalah pembunuhan." Lalu Moz pun bergegas ke balik panggung meninggalkan band pengiringnya menyelesaikan lagu Meat is Murder. Lalu setelah lagu selesai para band pengiringnya pun juga pergi meninggalkan panggung.
Kami berharap akan ada encore. Tidak menyangka juga sih Meat is Murder akan dijadikan lagu terakhir sebelum encore. Namun, encore yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba.. Kami menunggu dengan perasaan gelisah selama sekitar 15 menit. Teriakan "We want more.. We want more.." berkumandang beberapa kali. Namun akhirnya yang muncul adalah crew yang membereskan gear band pengiring Moz. Lampu dinyalakan. Satu persatu alat musik dibereskan. Tinggal kami yang diam seakan tak percaya bahwa konser benar-benar telah usai. Tak ada salam perpisahan dari Morrissey. Sedih.. Kentang.. Namun kami harus menerima kenyataan pahit ini.
Ntah apa yang menjadi alasan Morrissey untuk menyelesaikan konser tanpa berpamitan pada kami. Gw melihat keesokan harinya di FB Morrissey Fan Club Indo, ada yang memposting setlist Moz malam itu yang didapat oleh Arian13 (vokalis Seringai). Di situ terlihat bahwa masih ada satu lagu lagi yang seharusnya dibawakan sebagai encore, yaitu What She Said milik The Smiths. Ntah kenapa lagu tersebut tidak jadi dibawakan. Apakah Morrissey sedih karena antusias crowd Jakarta tidak seperti tahun 2012 lalu? Atau seperti gosip yang beredar, apakah karena Morrissey melihat ada beberapa penonton yang merokok di dalam venue padahal harusnya rokok dilarang masuk ke dalam? Atau Morrissey sudah tidak kuat lagi melanjutkan konsernya karena sakit? Memang, gw lupa di lagu apa, Morrissey sempat berkata kepada penonton bahwa dia butuh inhaler. Lalu dia sempat terlihat jongkok menghirup udara dari inhaler tersebut. Dari posisi gw gak terlihat jelas sih dia saat kejadian itu, tapi dari yang gw baca di grup FB Moz Fans Indo memang benar bahwa Moz terlihat sedang 'mengambil napas'. Tapi vokal Moz malam itu terdengar sangat prima. Tak terdengar seperti orang yang sedang terkena kanker (ya, Moz divonis menderita kanker beberapa tahun lalu, dan dia sedang berjuang untuk melawan penyakitnya tersebut). Namun mungkin memang benar Moz saat itu sudah tidak kuat lagi melanjutkan konsernya. Karena seharusnya setelah Jakarta pada tanggal 12 Oktober, harusnya Moz bermain di Singapura pada tanggal 15 Oktober, namun show di Singapur diundur menjadi tanggal 17 Oktober karena alasan kesehatan Moz. Tersiar kabar pula bahwa Moz sempat dirawat di Jakarta beberapa hari untuk memulihkan kondisinya agar bisa tampil prima di Singapura.
Well, apapun itu penyebab Moz menyelesaikan konser tanpa pamit dan tanpa encore, gw pribadi menikmati konser tersebut. Dari segi setlist, lagu-lagu yang dibawakan jauh lebih menarik dibanding tahun 2012 lalu. Namun tak bisa dipungkiri, dari segi crowd dan venue masih jauh lebih menarik konser pada tahun 2012 lalu. Terlepas dari beberapa 'kesalahan' pihak promotor, gw mengucapkan terima kasih mereka sudah mau membawa Morrissey kembali ke Jakarta. Semoga Morrissey bisa kembali lagi ke Jakarta-Gw sebenernya berharap saat di Jakarta kemarin bisa berjumpa Moz dan meminta tanda tangan dia di buku biografinya yang gw miliki dan berfoto bersama, maybe someday, when he's back again-dan reuni bersama The Smiths! aha.. Semoga Morrissey bisa terus menghasilkan karya-karya yang bagus, dan terus fight melawan kankernya. Tetaplah menginspirasi kami, Moz. We're always adore you.
Sejak mengetahui kabar bahwa Morrissey akan kembali tampil di Jakarta untuk kedua kalinya (setelah penampilan pertamanya tahun 2012 lalu, di mana gw waktu itu menonton juga) tentu saja gw merasa gembira dan bahagia. Morrissey adalah salah satu musisi idola gw sejak mengenal lagu-lagunya dari tahun 1994-1995 lalu. Apalagi setelah mengenal sosoknya lebih jauh lagi, tentang personalitynya, tentang pola pikirnya, sejak itu gw menobatkan eks vokalis The Smiths ini sebagai salah satu idola gw di bidang musik. Konser dia di Jakarta tahun 2012 lalu juga merupakan salah satu konser terbaik yang pernah gw tonton. Apa sih indikasi konser itu bagus dan menarik menurut gw? Yaitu di mana gw bisa lepas ber-sing along, bergoyang berdansa ber-moshing & stage diving dan sebagainya pada konser itu. Tidak selalu dengan panggung dan tata suara yang wah megah, tak perlu di venue yang eksklusif, yang penting gw bisa merasakan euforia berada dalam kerumunan penonton lainnya. Nah itulah yang gw rasakan pada konser Moz tahun 2012 lalu. Lalu bagaimanakah dengan konser Moz pada 12 Oktober lalu?
Konser kedua Moz di Jakarta kali ini diadakan di GBK Sports Complex Senayan (ex Golf Driving Range Senayan). Sebuah venue yang setau gw baru kali ini dijadikan tempat konser yang diadakan di Jakarta. Outdoor? Ya jelas. Masih sekitaran Senayan juga sih di mana pada 2012 lalu Moz tampil di Tennis Indoor Senayan. Karena Oktober lalu Jakarta sudah mulai memasuki musim penghujan, gw pun sebagai seorang concert goer sudah mengantisipasi bahwa venue pasti akan becek, jadi dari rumah gw udah langsung memakai celana pendek 3/4 gw dan sepatu Converse yang udah jarang gw pakai. Benar, pada akhirnya setelah konser gw gak perlu lagi pusing akan kotornya jeans dan sepatu yang biasa gw pakai, ha.
Gw tiba di venue sekitar jam 5 sore. Sudah ramai para penggemar Moz di sana. Terdengar check sound dari panggung lagu-lagu Moz dimainkan. Ada Suedehead, Let Me Kiss You, Ouija Board dan beberapa lagu lainnya. Gw langsung memastikan bahwa lagu-lagu tersebut akan dimainkan juga nanti pada saat konser. Setelah ber-swafoto di depan gerbang masuk venue, gw pun masuk ke dalam menukarkan tiket gw di Ticket Box, lalu mengantri. Wah di dalam antrian sudah agak lumayan panjang. Padahal open gate masih sekitar satu setengah jam lagi. Gw pun akhirnya mengantri di salah satu barisan. Tapi setelah beberapa saat kok gw merasa aneh. Di barisan gw kenapa cuman sedikit ya yang antri, sedangkan dua barisan di samping gw lebih panjang. Gw pun bertanya pada orang di depan gw, apakah barisan ini untuk pembeli tiket VIP? Tapi nggak kok, dia juga tiket Reguler sama kayak gw. Jadi yaudahlah gw tetap mengantri di situ. Toh kalo memang antrian kami salah petugas di depan pasti sudah memberitahu kami untuk antri pada barisan yang dua lagi.
swafoto sebelum memasuki venue |
Tapi gw kembali berpikir, gw kan pemegang tiket Fast Track. Gw beli tiket ini pada saat acara rutin bulanan Selecta Pop edisi The Cure vs Morrissey sebulan sebelumnya. Sebuah acara musik rutin bulanan yang diadakan oleh komunitas GOB (Grup Orang Bener) di Facebook. Nah di acara tersebut hadir pula perwakilan dari pihak promotor yaitu kiosPLAY untuk sembari berjualan tiket di sana. Benefit membeli tiket di acara itu yaitu mendapatkan tiket Fast Track, jadi pemegang tiket itu nantinya bisa langsung masuk tanpa harus mengantri lagi. Lalu gw berpikir, untuk apa gw ngantri di sini. Sebelum mengantri tadi sih gw udah sempet nanya sama salah satu petugas di depan gate, dimanakah pemegang tiket Fast Track harus mengantri. Dia jawab ke gw bahwa gw tetap ikut antrian yang ada. Loh...gak jelas.. Maka dari itulah gw mengantri di antrian gw sekarang. Tapi naluri gw mengatakan bahwa gw seharusnya tidak berada di sini. Gw tinggalkan antrian gw dan kembali maju ke depan gate. Gw kembali menanyakan ke petugas yang lain bahwa gw pemegang tiket Fast Track apakah gw bisa langsung masuk? Kebetulan di depan gw ada beberapa orang yang diperbolehkan masuk, beberapa diantaranya bule-bule yang udah gw perhatikan dari tadi sih.. Kata salah satu petugas gate, setelah mengetahui gw pemegang tiket Fast Track, gw diperbolehkan masuk tuh.. Gw disuruh ikut masuk aja bersama beberapa orang tadi, eh pas gw udah mau masuk, ada salah satu petugas di arah belakang gw yang nanya, gw ini siapa. Loh, ternyata orang-orang yang udah masuk duluan tadi adalah para Guest List. Nah miskom lagi kan antara petugas-petugas itu. Akhirnya gw gak boleh jadi masuk duluan. Gw ditanya sama petugas yang tadi berada di belakang gw, "tiket lo beli di mana?". Gw bilang, "Gw beli di JK7 Bar Kemang bulan lalu, gw beli tiket Fast Track". Lalu dia bilang gw disuruh nunggu dulu sampe ada 30 orang pemegang tiket Fast Track baru gw bisa masuk. Nah nunggulah gw di deket gate, ada dua orang penggemar Moz lainnya yang juga ternyata pemegang tiket Fast Track dan beli di acara yang di JK7 Bar itu juga. Lalu ngobrol-ngobrolah kami.
Gw liat antrian penoton sudah makin mengular memanjang ke belakang, sebentar lagi sudah jam 18.30 nih, jadwalnya open gate. Gw berpikir dan bertanya kepada dua orang teman baru gw itu, "ini kita nungguin sampe 30 orang dulu baru boleh masuk? lalu kalo jam 18.30 belom ada 30 orang, lalu orang-orang yang ngantri ini udah boleh masuk duluan, lalu apa untungnya kita sebagai pemegang tiket Fast Track?!", ujar gw kepada mereka. Mereka pun sadar, 'oh iya ya.. nah itu tuh.. gak jelas nih.." kata mereka. Iya kan, nungguin 30 orang pemegang tiket Fast Track mau sampe kapan, ada yang masih di jalan mungkin dan belum sampai ke venue. Lalu kalo jam 18.30 gate masih belum dibuka, bisa ngamuk ini ribuan orang yang udah pada ngantri panjang begini. Agak kesel juga sih gw dan temen-temen baru gw itu. Namun beberapa saat kemudian, terdengar suara dari walkie talkie salah satu petugas, bahwa kami tiga orang ini diperbolehkan masuk duluan. Nah dari tadi kek.. bingung kan lo, mau nungguin 30 orang pemegang tiket Fast Track apa masukin penonton yang ngantri duluan. Kenapa gak dari tadi aje masukin kami ahelah.
Jadi masuklah kami bertiga. Melewati security check seperti pada konser-konser umumnya. Parfum gw sempet akan disita oleh petugas yang meriksa gw. Gw sih udah pasrah kalo parfum gw mereka ambil. Tapi salah satu petugas lainnya akhinya bilang gpp deh bawa aja parfum gw. Belakangan gw baca di grup Facebook Morrissey Fans Indo ada seorang penonton cewek yang baru aja siang tadi beli parfum dan parfumnya diambil aja gitu loh, gak dibalikin pas akhir konser. Cewek itu menyampaikan unek-uneknya kepada promotor di grup FB itu, kenapa parfumnya diambil. Intinya dia gak rela parfumnya diambil. Sampe disumpahin itu orang yang ngambil parfumnya. Itu baru satu diantara banyak unek-unek dari para penonton yang kecewa kepada promotor. Nanti gw ceritain lebih lanjut.
Akhirnya, gw sudah di dalam venue. Masih sepii.. Gw bisa jalan-jalan dulu ngeliat booth-booth yang ada. Namun sayangnya gak gw temuin satu pun booth makanan dan minuman yang ada. Padahal rencananya gw mau isi perut dulu sebelum konser dimulai. Di rundown konser dimulai jam 8. Gw masuk masih jam 6 lewat. Konser selesai bisa jam 10an. Gw gak mau nyanyi nyanyi joget joget dalam keadaan perut kosong. Tapi apa mau dikata, tak ada satupun booth penjual makanan ada di situ, hiks hiks.. Ntahlah, mungkin ini salah satu permintaan dari Morrissey. Ah tapi gak juga ah, waktu konser tahun 2012 lalu di Tennis Indoor Senayan banyak kok booth penjual makanan dam minuman non daging (seperti kita tahu, Morrissey adalah seorang Animal Activist, dia menentang daging hewan dijadikan makanan). Nah berkaca dari konser tahun 2012 lalu, itu buktinya boleh ada penjual makanan. Gak apa-apa yang dijual adalah makanan vegetarian, yang penting kami bisa makan. Nah gak tau deh sekarang ini apa pertimbangannya kok gak ada booth penjual makanan dan minuman.
Lalu gw dan teman-teman baru gw tadi saling bergantian minta tolong difotoin di photo booth yang disediakan promotor. Mumpung masih sepi. Ntar kalo udah rame udah susah lagi foto-foto, pikir kami. Akhirnya setelah beberapa saat bernarsis-narsisan, kami pun berpisah. Mereka masuk ke pintu masuk VIP (karena mereka beli tiket yang VIP), dan gw sebagai pemegang tiket Reguler masuk ke pintu masuk Reguler. Akhirnya masuklah gw ke area penonton Reguler. Masih sepii.. Gw langsung ambil posisi di pojok depan barikade/pagar pembatas antara kelas Reguler dan VIP. dari jauh gw liat beberapa orang Guest List yang sore tadi sudah masuk duluan ada di depan panggung kelas VIP. Di kelas Reguler sepertinya baru gw doang yang masuk. Gw pun mengabadikan momen tersebut dengan mengambil video suasana venue saat itu, lalu gw posting di akun Twitter gw.
bersama Moz di photobooth |
Panggung masih terlihat gelap. Terdengar lagu seriosa dari ntah siapa yang menyanyikan sedang diputar sebagai pengiring momen menunggu dimulainya konser. Cukup lama gw berdiri sendiri di situ, menikmati momen-momen hening ini sebelum That Charming Man naik ke panggung. Tak berapa lama kemudian, satu persatu penonton mulai ramai berdatangan masuk, sampai akhirnya di kelas Reguler gw lihat ke belakang sudah penuh oleh lautan manusia. Bagaimana di kelas VIP? Masih terlihat kosong! Jujur sedih gw ngeliatnya. Gw membayangkan gimana perasaan Moz saat melihat kelas VIP yang melompong begitu. Beberapa tahun lalu setelah konser pertamanya di Jakarta, di situs resmi Moz yang dikelola penggemar-penggemar kepercayaannya, www.true-to-you.net, dalam satu sesi wawancara Moz ditanyakan sampai saat ini dimanakah konser dengan penonton yang sangat berkesan untuk dia. Moz menjawab, Jakarta. Kata Moz, semua orang mengira bahwa New York-lah audience yang paling berkesan untuknya. Itu salah, ujar Moz. Jakarta mendapat tempat terbaik di hati seorang Morrissey, dan dia sangat mendambakan kapan bisa kembali lagi ke Jakarta. Setelah di konser kedua ini, apakah Jakarta masih mendapat tempat terbaik di hatinya?. Kita lihat saja nanti.
venue terlihat menarik dikelilingi gedung-gedung perkantoran Jl. Sudirman |
Well, kembali ke situasi di venue. Seperti tahun 2012 lalu sembari menunggu konser dimulai, penonton disuguhi beberapa video klip dan cuplikan-cuplikan adegan dari beberapa film. Tercatat ada pemutaran video klip dari Ramones, Sex Pistols, Alice Cooper dan beberapa lainnya. Ntah kenapa, menurut gw video-video yang ditampilkan pada sesi ini masih lebih menarik yang ditampilkan pada tahun 2012 lalu dan gw lebih bisa menikmatinya. Ntah apakah hanya gw yang merasakan hal ini.
Nah setelah kami disuguhi video-video tersebut, inilah saat yang ditunggu-tunggu. Morrissey bersama band pengiringnya naik ke atas panggung. Penonton pun bersorak. Suedehead, Alma Matters dan Everyday is Like Sunday menjadi tiga lagu pertama yang dibawakan dan menurut gw itu pembuka konser yang sangat menyenangkan. Koor massal tak terelakkan, apalagi saat Alma Matters dibawakan. Morrissey pun sempat berujar "very nice" saat mendengar penonton bernyanyi bersama. Selanjutnya lagu-lagu yang sudah gw perkirakan akan dibawakan saat mendengar check sound sore tadi seperti Ouija Board dan Let Me Kiss You benar ternyata dibawakan juga. Sebelum memulai lagu World Peace is None Of Your Business, Moz sempat bertanya kepada penonton, "Do you like Donald Trump?". Kontan serentak pennton berteriak "Noo...". Moz pun berujar, "oh why.. i thought because world peace is none of your business.."
crowd yang antusias menyaksikan Moz tampil |
Morrissey juga seorang penggemar The Ramones, khususnya sang gitaris Johnny Ramone. Mungkin itulah mengapa Moz pada turnya setahun belakangan ini kerap membawakan lagu Judy is a Punk milik The Ramones. Tak terkecuali saat di Jakarta kemarin, dan gw yang juga seorang penggemar Ramones pun sumringah saat lagu tersebut dibawakan oleh Moz. Salah satu lagu yang juga mampu membuat koor massal penonton yaitu First of The Gang to Die tak ketinggalan pula dibawakan secara semi akustik, terlihat dari Boz Boorer, sang gitaris yang sudah menemani Moz sejak awal karier solonya memainkan lagu itu menggunakan gitar akustik. Padahal menurut gw lagu tersebut terasa feelnya kalau dimainkan dengan distorsi gitar seperti di album. Ya but it's ok lah. Buktinya kami tetap ber-sing along kok. Namun ada hal yang mengganjal hati gw. Sering di pergantian beberapa lagu saat jeda, suasana terdengar senyap. Tidak ada gemuruh penonton yang berteriak-teriak atau membuat suasana gaduh lainnya. Sepi, adem ayem. Hanya sesekali ada penonton yang berteriak "Morrissey I love you.." dan dijawab oleh Moz dengan "I love you too.." dengan suara seeprti anak kecil. Atau sempat juga di kelas Reguler sebelah gw, ada beberapa penonton yang nge-chant "We love Morrissey, we do.. We love Morrissey, we do.. We love Morrissey, we do.. ooh Morrissey we love you.." dengan tunes seperti chant Manchester United (setiap penggemar United pasti tau gimana chant tersebut). Gw pun yang mendengar chant tersebut langsung ikut menyanyikan. Tapi ya hanya sebatas itu aja. Ntah itu terdengar oleh Moz atau tidak. Gw hanya mau membuat suasana lebih ramai. Lagi-lagi penyebabnya menurut gw adalah masalah pengaturan barikade penonton yang jauh dari Moz!. Oh we're sorry Moz.. andai kami bisa membuat suasana lebih meriah lagi..
Moz melempar kemejanya ke arah penonton setelah lagu Let Me Kiss You |
Visual saat lagu World Peace is None of Your Business (?) |
visual saat lagu Jack The Ripper (?) |
visual saat lagu How soon is Now? |
visual saat lagu Meat is Murder |
Ntah apa yang menjadi alasan Morrissey untuk menyelesaikan konser tanpa berpamitan pada kami. Gw melihat keesokan harinya di FB Morrissey Fan Club Indo, ada yang memposting setlist Moz malam itu yang didapat oleh Arian13 (vokalis Seringai). Di situ terlihat bahwa masih ada satu lagu lagi yang seharusnya dibawakan sebagai encore, yaitu What She Said milik The Smiths. Ntah kenapa lagu tersebut tidak jadi dibawakan. Apakah Morrissey sedih karena antusias crowd Jakarta tidak seperti tahun 2012 lalu? Atau seperti gosip yang beredar, apakah karena Morrissey melihat ada beberapa penonton yang merokok di dalam venue padahal harusnya rokok dilarang masuk ke dalam? Atau Morrissey sudah tidak kuat lagi melanjutkan konsernya karena sakit? Memang, gw lupa di lagu apa, Morrissey sempat berkata kepada penonton bahwa dia butuh inhaler. Lalu dia sempat terlihat jongkok menghirup udara dari inhaler tersebut. Dari posisi gw gak terlihat jelas sih dia saat kejadian itu, tapi dari yang gw baca di grup FB Moz Fans Indo memang benar bahwa Moz terlihat sedang 'mengambil napas'. Tapi vokal Moz malam itu terdengar sangat prima. Tak terdengar seperti orang yang sedang terkena kanker (ya, Moz divonis menderita kanker beberapa tahun lalu, dan dia sedang berjuang untuk melawan penyakitnya tersebut). Namun mungkin memang benar Moz saat itu sudah tidak kuat lagi melanjutkan konsernya. Karena seharusnya setelah Jakarta pada tanggal 12 Oktober, harusnya Moz bermain di Singapura pada tanggal 15 Oktober, namun show di Singapur diundur menjadi tanggal 17 Oktober karena alasan kesehatan Moz. Tersiar kabar pula bahwa Moz sempat dirawat di Jakarta beberapa hari untuk memulihkan kondisinya agar bisa tampil prima di Singapura.
Well, apapun itu penyebab Moz menyelesaikan konser tanpa pamit dan tanpa encore, gw pribadi menikmati konser tersebut. Dari segi setlist, lagu-lagu yang dibawakan jauh lebih menarik dibanding tahun 2012 lalu. Namun tak bisa dipungkiri, dari segi crowd dan venue masih jauh lebih menarik konser pada tahun 2012 lalu. Terlepas dari beberapa 'kesalahan' pihak promotor, gw mengucapkan terima kasih mereka sudah mau membawa Morrissey kembali ke Jakarta. Semoga Morrissey bisa kembali lagi ke Jakarta-Gw sebenernya berharap saat di Jakarta kemarin bisa berjumpa Moz dan meminta tanda tangan dia di buku biografinya yang gw miliki dan berfoto bersama, maybe someday, when he's back again-dan reuni bersama The Smiths! aha.. Semoga Morrissey bisa terus menghasilkan karya-karya yang bagus, dan terus fight melawan kankernya. Tetaplah menginspirasi kami, Moz. We're always adore you.
setlist Moz Jkt (courtesy of Arian13) |