Friday, May 12, 2017

12 Mei 1998, Kami Tidak Akan Pernah Lupa!



Hari ini 19 tahun yg lalu... gw coba menceritakan kembali pengalaman gw pada hari itu..

Pagi itu parkiran kampus udah penuh oleh mahasiswa yg berorasi. Gw ada midtest jam 10. Oh iya, gw baru semester 4 pada waktu itu di Fakultas Hukum Usakti.
Kelar midtest gw gabung sama kawan-kawan dan mahasiswa lainnya di jungle (sebutan kami untuk parkiran kampus). Suasana masih damai.
Beberapa dosen juga terlihat berorasi di panggung. Menjelang siang kami berusaha keluar kampus untuk menuju gedung DPR.
Kami tertahan di depan eks-Kantor Walikota Jak-Bar. Di situ kembali orasi dilakukan. Gw agak di barisan depan gabung sama senior-senior gw.
Di depan udah terlihat beberapa pasukan aparat. Pasukan bermotor juga sudah siap. Bahkan panser pun ada. Gak mungkin kami lanjut ke DPR.

Menjelang sore hujan pun turun. Tapi kami tetap bertahan disitu. Aparat pun masih menghadang kami di posisi mereka masing-masing.
Setelah hujan reda tampak senior gw Wanda Hamidah dan beberapa mahasiswi membagikan bunga mawar kepada aparat yang berjaga di depan kami.
Sekitar pukul 5 sore kami pun sudah duduk-duduk di jalanan. Tidak ada orasi lagi. Mahasiswa udah bersiap balik ke kampus. Tapi..
Gw liat sendiri ada 1 orang (belakangan diketahui namanya Mashud Lang, kalo gak salah) membentak2 kami yang duduk untuk segera bubar.
Beberapa mahasiswa yang dibentak tampak tak suka, lalu terjadilah adu mulut dengan orang itu, yg kemudian dikejar dan lari ke arah aparat.
Itulah pemicunya, aparat yang tadinya sudah mundur kembali maju ke arah kami dan menyerang kami dengan membabi buta.
Gw yang berada agak depan barisan mikir gak mungkin gw ke kampus, gerbang cuma satu, yang mau masuk ribuan mahasiswa, keburu dihajar gw.
Akhirnya gw dan beberapa mahasiswa nyebrang masuk tol dalam kota menuju Citraland. Ternyata disana juga ada rekan-rekan Untar & Ukrida.
"Trisakti, Untar, Ukrida, ayo gabung masuk ke Untar". Begitu seru satu mahasiswa dan kamipun masuk ke Untar yang di samping Citraland.

Di kampus Untar kamipun ditembaki aparat dari luar. Tampak seorang mahasiswa terkena peluru karet di dadanya. Kamipun membalas.
Ada yang menyiapkan amunisi berupa bom molotov. Yang lainnya membalas dengan batu dan botol. Ada kabar sudah ada korban di Trisakti.
Gw mikir, gw lebih baik "perang" bareng temen-teman gw lah, akhirnya gw bisa keluar dari Untar nyebrang lagi ke Trisakti.
Tapi sampai di kolong jembatan fly over gw terhenti. Ga mungkin gw bisa masuk ke kampus. Aparat udah dimana-mana. Suasana juga udah chaos.
Akhirnya gw balik lagi ke arah Untar. Tapi gak mungkin juga untuk masuk lagi. Suasana juga sudah mulai mencair. Akhirnya gw pun pulang ke rumah naik angkot.

Kini 19 tahun sudah berlalu.. Masih belum jelas siapa dalangnya.. Mereka yang diadili bukanlah pelaku sebenarnya..
Para pengecut itu masih bersembunyi di antara kita. Tapi gw yakin suatu waktu nanti kebenaran akan terungkap.
Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan, Heri Hartanto & Hendriawan Sie mereka tidak gugur sia-sia. Kami lanjutkan perjuanganmu kawan.