Tuesday, December 31, 2019

15 Foto Panggung Terbaik 2019

Di tahun 2019 ini menjadi ajang untuk lebih mengasah skill gw dalam bidang fotografi panggung. Berbagai gigs, pensi dan acara-acara musik lainnya yang gw datengin menghasilkan beberapa foto yang membuat gw sebagai si pengambil gambar mempunyai kepuasan batin tersendiri. Ya paling tidak menurut gw gak jelek-jelek amat lah untuk seorang fotografer panggung amatir seperti gw, haha.. 

Tantangan untuk mengambil foto saat suatu band/musisi sedang perform dari sisi seorang penonton seperti gw cukup membuat otak dan naluri gw bekerja ekstra. Beda halnya di saat gw pure dateng hanya sebagai penikmat musik yang ingin melihat aksi panggung mereka, ketika gw membawa kamera untuk menonton sekaligus mengambil foto dari para band/musisi tersebut gw harus lebih aware akan situasi sekitar. Seperti misalnya saat posisi gw agak jauh dari panggung, bagaimana caranya gw bisa lebih mendekat ke arah panggung tanpa menggangu penonton lain (karena kamera gw masih menggunakan lensa standar, mudah-mudah tahun depan bisa beli lensa zoom yang mumpuni, Aamiin). Lalu waspada terhadap copet yg mengintai barang bawaan seperti tas, dompet, handphone dsb, waspada akan penonton yang melakukan moshing. stage-diving, slam-dancing dsb yang bisa saja sewaktu-waktu menyenggol kamera gw dan bikin rusak (udah sempet terjadi beberapa kali tapi Alhamdulillah kamera gw masih aman sampe sekarang), dsb dsb..

Nah dari keterbatasan-keterbatasan itulah gw mengambil 15 foto yg akan gw muat di sini. 15 foto panggung terbaik yg gw ambil selama 2019 ini, dengan sedikit cerita di balik foto-foto tersebut. Subjektif memang, namun ya inilah pilihan gw. Nah kalau ada temen-temen fotografer panggung profesional yg kebetulan membaca blog ini, mohon masukan dan kritikannya ya.. agar foto-foto gw lebih ciamik lagi ke depannya, hehe.. thx before.

So, ini dia ke-15 foto tersebut :

1. Endah n Resha 
    (Tiba-Tiba Suddenly Rekaman Efek Rumah Kaca; Januari 2019)




Melihat duo Endah n Resha memakai topeng Guy Fawkes saat menjadi konduktor di lagu "Di Udara" milik Efek Rumah Kaca adalah sesuatu yang cool sekali menurut gw. Ntah mungkin takkan lagi terulang mereka manggung memakai topeng tersebut. 

2. The Dance Company
    (Trisakti Connect Festival; Februari 2019)




Melihat aksi panggung The Dance Company sangat menarik. Ada beberapa gimmick yang ditampilkan oleh para personilnya yang dulunya memang mereka tergabung dalam beberapa band berbeda maupun solo karir. Ada satu moment di mana Baim bertukar instrument dengan Nugie. Posisi gw lumayan agak strategis saat itu jadi pas bisa mendapatkan momen ini. 

3. Sex Mengesek
    (Santapop, Maret 2019)




Beberapa personil dari Sex Mengesek sudah lama gw kenal sebelumnya. Band yg waktu itu baru aja mengeluarkan album perdana mendapat kesempatan bermain di Santapop. Beberapa foto sempat gw abadikan saat mereka manggung, namun yg satu ini berbeda, karena waktu itu gw mendapat kesempatan bisa mengambil posisi dari belakang panggung. Suatu posisi yg gak pernah gw dapatkan sebelumnya selama foto panggung karena gw bukanlah fotografer official dari suatu band maupun event yg bisa mempunyai akses tersebut. Jadi kesempatan saat itu gw pergunakan sebaik-baiknya.

4. Danilla
    (The Sounds Project; Maret 2019)



Dari beberapa show Danilla yg sempet gw tonton dan fotoin di tahun ini, yg satu ini lumayan berkesan. Kapan lagi mendapatkan momen Cici Danilla sedang tersenyum manis sambil bermain gitar, ya kan.. :-)


5. Firdda - Voice of Baceprot (VoB)
    (Konser Yang Muda Melawan Lupa; April 2019)


Udah dari lama kepengen motoin neng Firdda, vokalis & gitaris wanita belasan tahun berhijab yg memainkan musik Metal, sungguh sangat menarik perhatian. Saat ada momen di suatu acara di mana VoB turut mengisinya, tentu gak akan gw lewatkan (di luar fakta kemudian bahwa acara itu menjengkelkan bagi sebagian orang). Saat itu kebetulan posisi gak gitu jauh dari panggung, dan bisa mendapatkan momen si neng Firdda disorot stagelight sambil memainkan gitarnya.

6. Fauzan Lubis - Sisitipsi
    (The Sounds Project; Maret 2019)


Salah satu foto tersulit yg sempat gw ambil, karena suasana crowd yg pada saat itu tidak kondusif buat gw untuk ambil foto lama-lama. Jepretan satu ini diambil beberapa saat sebelum gw berhenti untuk ngambil foto karena harus menjaga diri dan istri dari desakan penonton-penonton lain yg jaraknya sangat rapat. 

7. Iwan Fals & Jason Ranti
    (Tiba-Tiba Suddenly Sobat MissKing & MissQueen, Juni 2019)


Bagaimana perasaan lo saat salah satu musisi idola lo sejak SD (ya, gw mengenal lagu-lagu Bang Iwan Fals sejak kelas 6 SD) tiba-tiba suddenly muncul di depan lo, bermain bersama musisi-musisi idola lo saat ini, Jason Ranti dan Danilla. Momen di mana Bang Iwan Fals dan Jason Ranti berada di panggung yang sama di depan mata gw sungguh suatu pengalaman nge-gigs yg gak akan gw lupakan, dan gw bersyukur bisa mendapatkan kesempatan mengabadikan momen-momen tersebut.

8. David Bayu - NAIF
    (Pensi Cravier, Agustus 2019)


Mungkin udah hampir ratusan kali gw menonton NAIF manggung, sampai gw hafal aksi-aksi yg biasa David tampilkan di atas panggung, namun mungkin baru kali ini di Pensi Cravier 2019 gw melihat David mengangkat stand mic nya untuk mengajak penonton berkaraoke bersama menyanyikan lagu "Benci Untuk Mencinta". Segera saja waktu itu gw mengarahkan kamera gw ke arah panggung dan mendapatkan momen ini.

9. GIGI 
    (RCTI Fest - Tribeca Central Park; Agustus 2019)


Jujur saat itu gw pertama kalinya ngeliat aksi panggung GIGI, walau gw udah mengenal band ini sekitar 25 tahun. Saat itu gw terpukau melihat aksi panggung enerjik Armand Maulana. Gw akuin dia salah satu vokalis dengan aksi panggung hebat di negeri ini. Dari beberapa foto yg gw ambil khusus untuk Armand, gw akhirnya memilih foto ini untuk jadi salah satu foto terbaik gw di tahun 2019, di mana ada satu momen saat Armand, Dewa Budjana dan Thomas Ramdhan sedang dalam posisi berdekatan.

10. Jason Ranti
      (Warung Asik 18 Meruya; September 2019)


Kembali gw mendapatkan posisi di mana gw bisa mengambil foto dari belakang si performer. Hasilnya terasa lebih gereget karena posisi penonton dengan Jason Ranti maupun penonton dengan penonton lainnya yg hampir tidak ada batas, ditambah kebetulan tertangkap momen di mana si Sakum, pentolan Gerombolan Woyoo sedang stage-diving.

11. Marshello - The Hydrant
      (Shynchronize Fest; Oktober 2019)


Di hari pertama Synchronize Fest, salah satu performer yg memang gw incar untuk gw ambil foto-foto aksi panggungnya adalah The Hydrant. Termasuk jarang gw menonton band asal Bali ini saat mereka tampil di Jakarta. Terakhir gw melihat aksi mereka mungkin sekitar 10 tahunan yg lalu di Bulungan. Penantian gw gak sia-sia. The Hydrant mampu menghibur pengunjung Synchronize yg melihat aksi mereka sore itu, termasuk istri gw yg baru pertama kali itu melihat performance mereka. Marshello sebagai vokalis tampil sangat enerjik dengan gimmick-gimmick aksi panggungnya. Banyak momen yg sempat gw abadikan dari aksi panggung Marshello sore itu, namun akhirnya gw memilih foto yg satu ini untuk aksi terbaiknya. 

12. Luks (Superglad) ft Eka Annash (The Brandals)
      (Synchronize Fest; Oktober 2019)


Sepertinya ini kali kedua gw melihat Eka Annash menjadi guest-performer di shownya Superglad, setelah beberapa tahun lalu gw sempat melihat aksi mereka saat tampil di Bulungan. Penampilan mereka kali ini di Synchronize menjadi special karena bersamaan dengan terakhir kalinya Dadi, gitaris Superglad, tampil bersama bandnya sebelum pensiun. Ada beberapa foto yg sempat gw ambil saat Luks berduet bersama Dadi, namun gw memilih foto ini mengingat romansa di mana dulu faktanya adalah Eka Annash dan Luks pernah tergabung dalam suatu band bernama Waiting Room sekitar 90-an akhir sampai 2000-an awal.

13. The Dissland
      (Synchronize Fest; Oktober 2019)


Salah satu hal menarik dari Synchronize Fest adalah kita bisa melihat aksi panggung dari band-band yg belum pernah kita lihat sebelumnya. Nama The Dissland sendiri gw udah mengetahui cukup lama, namun baru saat di Synchronize 2019 kemarinlah gw bisa secara langsung melihat aksi mereka. Ada beberapa foto yg sempat gw tangkap, namun gw pilih yg ini di mana ada salah seorang penonton yg ikut bernyanyi bersama bassist mereka di atas panggung.

14. Eka Annash - Zigi Zaga
      (Synchronize Fest; Oktober 2019)


Masih dari Synchronize Fest 2019. Selalu antusias melihat aksi panggung Eka Annash baik bersama The Brandals maupun bersama band barunya, Zigi Zaga. Seperti yg gw sempat abadikan berikut ini, aksi di mana Eka melakukan stage-diving ke arah kerumunan penonton adalah hal yg sering gw lihat saat beberapa kali menonton aksi panggung The Brandals maupun Zigi Zaga. 

15. Vincent Rompies
      (Synchronize Fest; Oktober 2019)


Perlu kejelian dan keberuntungan untuk bisa mendapatkan foto seperti ini. Gw ingat saat itu ada seorang fotografer yg memanggil Vincent untuk difoto, Vincent, yg pada saat itu tampil menjadi bassist Sir Dandy, menoleh dan tetiba mengacungkan jari tengahnya. Gw yg saat itu sedang tidak dalam posisi hendak mengambil gambar buru-buru mengokang kamera gw untuk mendapatkan momen ini. Untungnya masih dapat karena beberapa detik kemudian Vincent sudah berganti gaya. Set panggung yg berbentuk bundar melingkar membuat gw bebas bergerak ke berbagai arah. Di depan Sir Dandy gw sempat, begitu juga di belakang Firman, sang Drummer. Hingga di posisi samping Vincent ini. Beberapa foto sempat gw ambil namun tentunya gw memilih foto ini sebagai salah satu foto terbaik gw di Synchronize 2019, maupun di sepanjang tahun 2019 secara keseluruhan.





Friday, June 22, 2018

Nostalgia di The 90’s Festival





Pada hari Sabtu, tanggal 25 November 2017 yang lalu, gw dan istri datang ke acara yang menurut gw, salah satu event terbaik tahun ini, yaitu The 90’s Festival. Perhelatan The 90’s Festival tahun ini menjadi ajang yang ketiga kalinya diadakan oleh promotor Accellara Entertainment. Buat gw sendiri, The 90’s Festival tahun ini menjadi yang kedua kalinya gw sempat hadiri setelah gw sempat hadir di The 90’s Festival kedua di bulan November 2015 di Istora Senayan. Sedangkan The 90’s Festival yang pertama waktu itu diadakan di Bandung bulan Februari 2015, nah gw gak sempet datang waktu itu.

Alasan gw datang ke The 90’s Festival sama sih seperti alasan gw waktu datang yang di tahun 2015 lalu, gak lain gak bukan adalah ya kepengen nostalgia, haha.. Mengenang segala sesuatunya di tahun 90’an, era di mana gw menghabiskan masa remaja gw, era terbaik menurut gw. Beruntunglah mereka yang sempat merasakan era tahun 90’an itu.

So, kembali ke acara The 90’s Festival 2017, gw dan istri tiba di venue, yaitu Gambir Expo Kemayoran, sekitar jam 14.30, karena menurut jadwal, penampil pertama yaitu TIC Band, akan tampil tepat jam 15.00. Setelah masuk ke venue, kami pun langsung berfoto dulu di photobooth, sayup-sayup terdengar TIC Band sudah memulai penampilannya, tapi gw dan istri melipir ke Tokopedia Stage, di mana Wayang akan tampil jam 15.10.

Oh iya, venue The 90’s Festival 2017 ini lebih luas dari pada yang tahun 2015 lalu di Istora Senayan. Ada empat panggung yaitu selain Tokopedia Stage yang gw sebutkan tadi, ada juga Grab Hardtop Stage, MLD Spot Viewmaster Stage dan Wardah 90’s Icon Stage. Jarak antara masing-masing panggung relatif, ada yang berdekatan dan ada pula yang berjauhan. Seperti misalnya jarak dari Tokopedia Stage yang tampaknya merupakan panggung utama, bersebelahan jaraknya dengan Grab Hardstop Stage. Namun dari kedua panggung tersebut, untuk menuju ke dua panggung lainnya terbilang lumayan jauh.

Wayang
Wayang tampil tanpa drummer cilik mereka dulu, Gilang, yang sedang bekerja di luar negeri. Posisi drummer digantikan oleh temannya Gilang juga. Lagu Damai dan Dongeng Sebelum Tidur tak lupa dibawakan oleh mereka, dan membuat penonton bernyanyi bersama.
Setelah Wayang, kami pun beranjak ke Viewmaster Stage, di mana Oppie Andaresta sudah tampil beberapa saat. Tetap dengan gayanya yang rock n’ roll, Oppie yang ditemani Boris, gitaris The Flowers, membawakan hits-hitsnya seperti Cuma Khayalan dan tentu saja Ingat-Ingat Pesan Mama yang fenomenal itu, yang menjadi penutup aksinya sore hari itu.

Oppie Andaresta
Selanjutnya gw kembali ke Tokopedia Stage, di mana Shaden akan tampil berikutnya. Mengawali penampilan mereka dengan lagu Pacarku, Shaden sukses membuat penonton ikutan bernyanyi. Nuri Shaden terlihat beda dari yang dulu. Ya iyalah.. secara sekarang dia sudah menjadi ibu-ibu pejabat, hehe.. (Nuri Shaden sampai saat ini tercatat menjadi anggota DPRD DKI dan menjabat sebagai Bendahara Fraksi Partai Gerindra). Shaden mengakhiri penampilan mereka dengan lagu hits mereka yaitu Dunia Belum Berakhir yang membuat penonton bergoyang dan bernyanyi bersama.

Shaden

Setelah Shaden, gw beranjak ke Wardah Stage, tapi D.O.T yang digawangi oleh drummer sekaligus vokalis Eza Yayang baru saja menyelesaikan set mereka dengan lagu Jangan Jangan. Saat gw sampai, Eza Yayang turun dari panggung, menyalami penonton dan berfoto bersama.
Gw gak beranjak dari Wardah Stage, karena menurut jadwal, setelah ini Purpose, band Ska asal Bandung, akan tampil berikutnya. Tak berapa lama pun Purpose akhirnya naik panggung. Area penonton masih agak lengang, gw pun masih leluasa untuk Skankin’ bersama 1 – 2 orang lainnya. Setelah beberapa lagu, penonton pun semakin ramai. Purpose semakin menggila membawakan lagu-lagunya seperti Tiger Clan dan Scooby Doo. Penonton semakin banyak yang Skankin’. Purpose mengakhiri set nya dengan membawakan lagu Anak Sekolah milik Alm. Chrisye.

Purpose Tiger Clan

Setelah itu, break Maghrib. Kami pun mencari makan malam di area food court. Agak ribet untuk makan di 90's Fest ini, karena pengunjung harus menggunakan Tap Cash Card dari BNI untuk dapat membeli makanan dan minuman. Gw sendiri setelah membeli kartu Tap Cash seharga 50 ribu, gw lalu harus mengaktifkan kartu tersebut di booth khusus Tap Cash tersebut. Memakan waktu yang lumayan lama, sekitar 10 menit gw berdiri di situ wasting my time. Makanan belom dibeli karena kartu gw masih proses diaktifkan. Sementara sebentar lagi P-Project udah mau maen. Waktu gw terbuang percuma hanya karena Tap Cash doank. Gak efisien. Mungkin ini masukan buat penyelenggaran 90's Fest berikutnya, untuk pembayaran makanan dan minuman pake cara yang simpel-simpel ajalah.. 

Setelah makan malam kami sempat berkeliling ke booth-booth yang ada. Sama seperti The 90’s Festival tahun 2015 lalu, booth-booth kali ini diisi dengan aneka pernak-pernik 90’an, seperti koleksi mainan jadul, koleksi buku-buku cerita dan majalah 90’an, sampai ke aneka makanan dan snack yang pernah hits di tahun 90’an. Senang sekali kami melihat itu semua. Seperti memasuki mesin waktu yang membawa kami kembali ke tahun 90’an.

Setelah berkeliling melihat pernak-pernik 90’an, kami sempat melewati booth karaoke khusus lagu-lagu 90’an yang dipandu oleh Oom Leo dan Eddy Brokoli. Sempat ingin ikutan berkaraoke, tapi karena sebentar lagi P-Project akan tampil, niat itu kami urungkan. Kami lalu bergegas menuju Grab Hardtop Stage, terlihat penonton sudah banyak yang menunggu P-Project tampil. P-Project pun sukses mengocok perut kami dengan aksi panggungnya, yaitu perpaduan lawak dan music. Lagu-lagu hits mereka pun dibawakan seperti Antrilah Di Loket, Kambing Liar Mak Onah, Mencontek, dan lagu pamungkas Kop & Heiden.

P-Project
Melewatkan Reza Artamevia, kami pun menuju ke Wardah Stage, di mana salah satu penampil yang menjadi alasan gw untuk datang ke 90’s Fest tahun ini, yaitu Stinky, akan tampil berikutnya. Ya, salah satu alasan terkuat gw untuk datang adalah ingin menyanyikan lagu-lagu Stinky bersama dengan penonton lainnya. Memang seperti itulah akhirnya yang terjadi malam itu. Stinky sukses membuat koor massal dengan lagu-lagu hitsnya, seperti Jangan Tutup Dirimu, Tiada Lagi, Cinta Suci dan Rindu Untuk Dia yang di-medley, tak ketinggalan mereka membawakan juga sepenggal lagu Always milik Bon Jovi, haha.. Andre Stinky yang kini tercatat sebagai salah satu pelawak nomor wahid negeri ini, sukses membuat penonton tertawa melalui banyolan-banyolannya di atas panggung. Malah mungkin durasi dia ngelawak lebih lama waktunya daripada saat dia bernyanyi malam itu, haha.. Mengakhir aksi mereka dengan lagu fenomenal, Mungkinkah, Stinky membuat ribuan penonton yang menyaksikan penampilan mereka malam itu turut bernyanyi bersama, termasuk gw. Sungguh membuat merinding saat kami menyanyikan lagu itu bersama-sama. Menurut gw, ya penampilan Stinky malam itu adalah salah satu performa terbaik di The 90’s Festival 2017.

Stinky

Setelah itu, kami pun kembali ke Tokopedia Stage, di mana Sixpence None The Richer akan tampil berikutnya. Ya, band asal Amrik ini menjadi bintang tamu luar negeri, setelah pada 90’s Fest tahun 2015 lalu Frente yang diundang untuk datang ke Indonesia. Bagus juga konsep The 90’s Fest ini, di tiap pagelarannya mereka mengundang satu band luar negeri (yang berasal dari era 90an tentunya) sebagai penampil. Sixpence None The Richer mengawali penampilan mereka dengan lagu Don’t Dream It’s Over yang cukup dikenal penonton. Selebihnya lagu-lagu lain tidak familiar dengan penonton, kecuali tentu saja hits mereka seperti Kiss Me dan There She Goes di mana penonton ikut bernyanyi bersama Leigh Nash, vokalis mereka. Selebihnya penonton lebih banyak diam menyaksikan penampilan mereka. Endingnya pun terlihat seperti anti klimaks, seharusnya mereka membawakan There She Goes sebagai lagu penutup, tapi malah lagu lain seperti yang kebanyakan penonton tidak mengenalnya. Ya masukan aja sih untuk penyelenggara The 90’s Fest, mungkin di perhelatan selanjutnya, kalau mau undang band luar, bisa diundang band-band/musisi-musisi yang hitsnya banyak dikenal oleh penggemarnya di Indonesia.

Setelah Sixpence None The Richer selesai, istri gw ingin nonton Potret di panggung sebelah. Tapi apa daya, saat kami beranjak ke sana, penonton sudah penuh mulai dari depan, samping, hingga ke belakang. Akhirnya kami pun hanya melihat Potret dari kejauhan dan akhirnya duduk karena kaki kami sudah sedemikian pegalnya setelah sejak dari siang tadi wara-wiri kesana-kemari. Kami pun hanya duduk di kejauhan sambal mendengarkan Potret membawakan lagu-lagunya seperti Diam, Bunda, Salah dan Mak Comblang.

Sixpence None The Richer

Akhirnya sampailah kepada penampil pamungkas di The 90’s Fest ini, yaitu Dewa-19 feat Ari Lasso, vokalis pertama mereka dulu. Jujur, gw jabanin nonton Dewa-19 karena respect dengan Ari Lasso nya, bukan dengan yang satu lagi itu (if you know what I mean). Lagu-lagu yang dibawakan Dewa-19 malam itu adalah semua lagu hits mereka dari album-album di mana Ari Lasso yang menjadi vokalisnya. Elang, Kirana, Cukup Siti Nurbaya, Kangen, Aku Di Sini Untukmu, Cinta ‘Kan Membawamu Kembali, adalah sebagian dari hits mereka yang dinyanyikan secara ciamik sekali oleh Ari Lasso malam itu. Gw harus akui, Ari Lasso adalah salah satu vokalis terbaik negeri ini. Kualitas vokalnya tak perlu diragukan lagi.
Ada satu momen lucu malam itu, di pertengahan show, Ahmad Dhani sempat menyanyikan satu lagu (gw lupa judul lagunya, bukan lagu hits mereka soalnya), sementara Ari Lasso beristirahat dulu di sisi panggung. Setelah lagu itu selesai, Dhani seperti keenakan nyanyi, meminta Andra (gitaris Dewa-19) untuk lanjut membawakan lagu Aku Cinta Kau Dan Dia. Sepertinya lagu itu tidak ada di setlist mereka malam itu. Andra pun berkata bahwa dia tidak ingat kordnya. Dhani pun kembali ke perangkat keyboardnya, hendak memainkan keyboard sembari menyanyikan Aku Cinta Kau Dan Dia. Tapi terdengar terakan-teriakan dari sisi penonton sebelah kanan, penonton berteriak “Ari…Ari…”, meminta Ari Lasso bernyanyi kembali. Dhani pun akhirnya berujar.. “Oh iya iya.. Ri tuh disuruh nyanyi lagi Ri..”. Ari Lasso yang sedang duduk di sisi panggung pun akhirnya kembali tampil menuju microphonenya. Hehehe..
Dewa-19 menutup penampilan mereka dengan lagu Kamulah Satu-satunya dan kami anak-anak generasi 90an menyanyikan secara bersama-sama lagu yang menjadi salah satu hits tahun 90an itu.

Itulah pengalaman gw saat datang ke acara The 90’s Festival tahun ini. Secara kualitas memang sedikit lebih baik sih daripada tahun lalu. Semoga acara 90’s Fest ini akan terus berjalan setiap tahunnya, karena kami, generasi 90an, akan selalu merindukan masa-masa itu, dan The 90’s Fest lah salah satu yang bisa menjadi pengibat rindu kami.

Bravo generasi 90an. We’re the best!












Wednesday, November 22, 2017

Review Album 7 Bidadari NAIF


Hari ini tepat satu bulan sejak Konser 7 Bidadari NAIF yang diadakan tanggal 22 Oktober lalu di Teater Garuda, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Sebuah konser yang tidak saja sebagai momen peluncuran album baru NAIF sejak terakhir mereka mengeluarkan album Planet Cinta tahun 2011 lalu, tapi juga sekaligus sebagai perayaan anNAIFersary mereka yang ke-22. 

Well, saat ini gw gak akan mengulas tentang konser tersebut. Konser yang menurut gw, salah satu konser terbaik NAIF yang pernah gw datangi selama ini. Kali ini gw akan mereview tentang album 7 Bidadari itu sendiri.

Sebulan terakhir ini, hampir setiap hari gw ngedengerin ini album. Ntah itu dari CD player, dari laptop maupun dari handphone gw. Jadi ya bisa dikatakan saat ini gw udah familiar dengan lagu-lagu di album 7 Bidadari ini. Ada beberapa KawaNAIF yang bilang album ke-7 ini nuansanya akan seperti album-album awal mereka. Tapi setelah gw denger, gw gak terlalu sepakat sih dengan pendapat itu. Dalam bayangan gw sebelumnya, setelah mendengar wacana bahwa album ini akan seperti album-album awal mereka, gw ngebayangin akan ada lagu-lagu seperti Puspa Indah, Kencan Pertama, atau Electrified. Tapi setelah gw dengerin lagu-lagu di album itu, menurut gw lebih condong masih ada nuansa album Planet Cinta di situ. Tapi apakah gw kecewa karena album itu tidak sesuai dengan ekspektasi gw? Nah di sini akan gw coba ulas sedikit satu persatu lagu-lagu di album itu menurut versi gw..

1. Alangkah Indahnya Indonesia


Gw inget kayaknya udah beberapa kali pernah denger lagu ini, kapan dan di mana, agak lupa juga gw. Tapi yang gw inget lagu ini pernah dibawain NAIF pas acara anNAIFersary ke-20 mereka di Lucy In The Sky, dua tahun lalu. Gw sih pribadi pengen lagu ini dijadiin salah satu single dari album 7 Bidadari ini, dibuat video-klipnya, dan disebarluaskan ke khalayak ramai. Kenapa? Ya karena lagu ini bercerita tentang keindahan alam Indonesia, hal yang sudah jarang dijadikan tema sebuah lagu dari band/musisi Indonesia belakangan ini.

2. Selama Ada Cinta


Ada sedikit nuansa jazz di lagu ini, pantas saja.. ternyata karena ada salah satu maestro jazz Indonesia turut bermain piano di lagu ini, yaitu mas Indra Lesmana. Gw sempet baca dari artikel-artikel yang keluar beberapa tahun lalu di beberapa situs, lagu ini sempat digadang-gadang menjadi single pertama dari album terbaru NAIF. Tapi apakah saat ini akan seperti itu? Kita lihat saja nanti.. 

3. 7 Bidadari


Lagu ini sempat dibawakan beberapa kali di show-show NAIF setelah konser 7 Bidadari lalu. Kalo gw baca di liputan show mereka di website www.naifband.com, hanya lagu inilah satu-satunya dari album 7 Bidadari yang dibawakan di show-show mereka tadi. Apakah dengan begitu lagu ini menjadi lagu jagoan pertama mereka dari album 7 Bidadari. Terus terang sampai saat ini pun gw juga gak tau, haha.. 

4. Berubah


Gw lupa, waktu konser 7 Bidadari tempo hari, David sempat berujar lagu ini lagu yang paling mellow di album ini. Tapi gw lupa antara lagu ini apa lagu Kenali Dirimu ya yang David bilang waktu itu.. Ah tapi setelah gw denger lagi kedua lagu itu, kayaknya lagu ini deh.. Yah whatever, yang jelas lagu ini cocok didengerin malam hari dalam kegelapan di tengah kesendirian.. Haha..

5. Sedjak



David sempat mengupload lagu ini di akun SoundCloud miliknya beberapa tahun lalu, dan gw sempet dengerin lagu ini saat itu. Dibawakan hanya dengan gitar akustik dan vokal David. Bagaimana setelah lagu ini masuk ke dalam album 7 Bidadari? Satu hal yang mengejutkan, ternyata bang Syarief Hidayat (kami biasa memanggilnya bang Blek), salah satu crew NAIF (Begundal Naif), memainkan gendang di lagu ini. Haha.. sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh kami sebelumnya. Kami pun menjadi saksi mata saat di Konser 7 Bidadari, bang Blek dengan piawai memainkan gendangnya bersama NAIF saat membawakan lagu ini. Salah satu lagu jagoan, menurut gw, di album ini. Gw berharap NAIF membawakan lagu ini di show-show berikutnya, tentu saja dengan bang Blek yang turut memainkan gendangnya, hehe..
Oh iya, lagu ini secara gak sengaja sempet dua kali nyokap gw denger pas gw lagi dengerin via hp pake loudspeaker, dan kayaknya nyokap demen ama ini lagu, kayak ada keroncong-keroncongnya katanya, hehe..

6. Kenali Dirimu



Di Konser 7 Bidadari, lagu ini dibawakan hanya berdua oleh David yang memainkan ukulele, dan Jarwo dengan akustik gitarnya. Kirain gw di albumnya pun seperti itu. Ternyata di versi album, Emil dan Pepeng juga memainkan instrumen mereka sejak pertengahan lagu. Sedikit mengingatkan gw akan lagu Akulah Pasanganmu dari album Retropolis. 

7. Apa Yang Membuat Dirimu Untuk Terus Di Sini


Sebuah lagu ciptaan Emil, baik dari musik maupun lirik. Judul lagunya yang panjang hampir nyamain judul lagu Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia, hehe.. Bang Blek kembali dengan piawai memainkan gendangnya di lagu ini. Solo seruling dari Mochamad Saatsyah pun terdengar asik. 

8. Diriku Dirimu


Saat Konser 7 Bidadari lalu, sebelum memainkan lagu ini, David sempat berujar bahwa lagu ini adalah favorit istrinya di album ini. Pepeng pun sempat nyeletuk kalo dia juga favoritin lagu ini. Well, ternyata.. gw pun juga! Haha.. Ya, inilah lagu favorit gw di album ini. Ntah, karena nuansanya ceria dan membawa semangat kali ya.. Cocok untuk didengerin pagi-pagi sebelum memulai aktifitas, hehe.. Ya gw berharap sih lagu ini yang akan dibuat video klipnya (sampai tulisan ini dibuat, belum ada video klip resmi dari NAIF yang berasal dari album 7 Bidadari). Di beberapa show terakhir NAIF ternyata lagu ini dibawakan di atas panggung, menggantikan lagu 7 Bidadari. Oh iya, ditambah beberapa waktu lalu sempet gw liat video dari Mice (kartunis yang dulu dikenal sebagai duo Benny & Mice), memainkan lagu ini gitaran berduet dengan anak perempuannya yang ikutan bernyanyi. Menunjukkan bahwa lagu ini catchy sekali dan sepertinya disukai oleh banyak orang. Semoga NAIF lebih sering lagi membawakan lagu ini di atas panggung, terutama di mana pada saat gw pas lagi nonton aksi panggung mereka, hehe..

9. Indah


Sebuah lagu melayu dari NAIF! Ya, David pun mengatakan hal tersebut sebelum memainkan lagu ini di Konser 7 Bidadari lalu. Sebuah lagu yang mendayu-dayu. Tapi buat gw tetep asik-asik aja. Bahkan menurut gw ini salah satu lagu handal di album ini. Terbukti dari beberapa KawaNAIF gw yg suka sama lagu ini. Oh iya, menurut istri gw, gebukan drum Pepeng terdengar mantab di lagu ini. Gw pun berpendapat demikian, hehe..

10. Sayang Disayang


Sayang Disayang sempat dibawakan secara akustikan santai oleh NAIF pada saat acara buka puasa bersama KawaNAIF di Kantor Yang Naif, tahun 2013 lalu. Lagu yang sepertinya pantas-pantas aja untuk dijadikan single pertama dari album ini, secara sudah familiar didengar oleh beberapa KawaNAIF sebelum album 7 Bidadari diluncurkan. Oh iya, gw demen denger sound dari pedal steel guitar yang dimainkan Amrus Ramadhan di lagu ini, baik di album maupun pas Konser 7 Bidadari lalu..

***

Ya, itulah sedikit review gw lagu per lagu dari album 7 Bidadari. Overall album ini semua terdengar catchy, easy-listening, liriknya gak njelimet. Bicara tentang lirik, gw ngeliat lirik-lirik yang ditulis David terutama di lagu Sedjak dan Diriku Dirimu, secara harfiah memang bisa dikatakan bercerita tentang pasangan, tapi menurut gw sih, yang dimaksud David di kedua lagu itu adalah berkaitan dengan peristiwa dia berjumpa 'cahaya' yang membuat perubahan dalam dirinya beberapa tahun lalu (pengalaman ini bisa dibawa di tweet @davidbayu sekitar tahun 2011-2012 lalu). Mungkin loh ya.. Gw sih berasumsi begitu. Ada makna yang lebih dalam sebenernya. Di beberapa lagu seperti Selama Ada Cinta, Berubah, Kenali Dirimu, banyak kalimat-kalimat positif di situ, yang sepertinya berkaitan juga dengan peristiwa yang David alami seperti yang gw bilang tadi..
Anyway, album ini cocok untuk didengerin di kala santai, sebagai pengantar tidur, sebagai teman di perjalanan malam hari sambil nyetir mobil, hehe.. Semua lagu terdengar sama kualitasnya, tidak ada yang satu lebih menonjol dari yang lainnya, semua sama rata.. 
Sebuah album yang cocok untuk didengarkan oleh semua kalangan, menurut gw.. Mungkin itu yang hendak disasar NAIF lewat album ini. Sebuah album yang ditujukan bagi semua penggemar mereka, baik penggemar lama maupun baru.Ya memang jangan terlalu berharap banyak mereka akan kembali plek sama persis dengan nuansa retro seperti di album-album awal, tapi secara kualitas album ini bagus kok. Gak percuma kami menunggu selama 6 tahun, haha..

So, selamat mendengarkan album 7 Bidadari 😊







Saturday, September 2, 2017

Pencet-pencetan di Kepencet Music Festival


Fourtwnty di Kepencet Music Festival
Kali ini gw akan menceritakan pengalaman nge-gigs di event yang bertajuk Kepencet Music Festival (KMF). Saat pertama tau tentang event ini di media sosial, gw dan istri memang berencana datang karena line-up band-band pengisi acaranya termasuk yang gw dan istri sukai. Acaranya sendiri diadakan pada tanggal 26-27 Agustus 2017 dan bertempat di Gudang Sarinah Ekosistem di daerah Pancoran. Nah salah satu hal yang bikin kami pengen datang juga karena kami belum pernah nge-gigs di Gudang Sarinah. Walau kami tau di tempat itu sering ngadain gigs-gigs keren tapi ya kami belum sempat aja sebelum-sebelumnya datang ke tempat itu.

Singkat cerita, kami akhirnya datang pada hari kedua. Karena hari pertama gw pengen menyaksikan Semifinal Sea Games antara Timnas Indonesia vs Malaysia. Ya walaupun akhirnya Indonesia kalah 1-0 dan tidak berhasil ke Final, dan hal tersebut membuat perasaan gw campur aduk antara marah atau sedih. Okelah cerita tentang Timnas mungkin akan gw ceritakan lain kali aja mungkin ya, he..

e-flyer Kepencet Music Festival

Hari pertama KMF sebenarnya diisi juga dengan band-band yang termasuk favorit gw. Ada Rumahsakit, The SIGIT dan Barasuara. Temen gw di Naiffunclub (NFC), Idrus, datang pada waktu itu. Di grup WhatsApp NFC dia live report situasi di hari pertama tersebut. Sebagai salah satu member komunitas Vespa, Idrus dapat fasilitas gratis masuk ke KMF untuk 2 hari perhelatan acara tersebut. Dari Idrus pula gw mengetahui bahwa bagi pemilik akun Sakuku BCA bisa mendapatkan diskon 50% dari harga tiket yang dijual on the spot yang tadinya seharga 100 ribu Rupiah / orang menjadi 50 ribu Rupiah / orang. Cukup menarik, pikir gw. Karena sebelumnya gw belum punya akun Sakuku BCA, gw pun mencari-cari tau gimana caranya gw bisa punya. Cukup simple sih sebenernya. Tinggal download aja Sakuku BCA di PlayStore. Lalu register pake nomor hp kita yang sering kita gunakan. Lalu isi saldonya di ATM. Tapi pas gw coba top-up saldo Sakuku gw via ATM, gw gak menemukan opsi transfer ke Sakuku. Belakangan pas gw tanya ke CS BCA ternyata harus di ATM yang khusus untuk non-tunai. Dari Idrus pula akhirnya gw tau kalo top-up saldo Sakuku gw bisa melalui mbak-mbak BCA di venue. Okelah kalau begitu pikir gw...gw ngisi saldonya pas di venue aja.

Akhirnya di hari kedua KMF, sesampainya kami di Gudang Sarinah, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari mbak-mbak BCA yang Idrus ceritakan agar gw bisa langsung top-up saldo Sakuku gw. Setelah gw ketemu dan gw kasih duit 100 ribu, pas mau di top-up sempet ada trouble tuh. Ntah gimana belum bisa masuk saldo gw. Akhirnya mbak tersebut pergi dulu sebentar ntah kemana mungkin ke booth BCA lainnya. Gak berapa lama kemudian dia kembali lagi dan gw disuruh cek akun Sakuku gw. Benar pulsa gw pun masuk 100 ribu. Langsung gw ke ticket box dan membeli 2 tiket seharga 100 ribu Rupiah. Jadi di akun Sakuku itu ada menu untuk scan barcode yang kita dapatkan di ticket box. Setelah mendapatkan tiket berupa gelang kertas yang dipakai di pergelangan tangan, akhirnya gw dan istri pun masuk ke dalam venue.

Gw sempat membaca di IG-nya KMF, barang-barang apa saja yang boleh dibawa dan tidak. Makanya gw gak ngebawa tongsis gw karena termasuk barang yang dilarang untuk dibawa. Gw pun membiarkan istri gw membawa kamera Canon mirrorless nya karena di info yang gw baca kamera mirrorless boleh untuk masuk ke venue. Sempat sih pas istri gw lewat di security check, panitianya sempat nanya ke panitia yang lain sambil memperlihatkan kamera istri gw, menanyakan apakah kamera tersebut boleh dibawa masuk. Kata panitia yang ditanya, boleh. Ya memang boleh. Akhirnya istri gw pun masuk sambil membawa serta kameranya. 

Jadi panggung di KMF itu ada 2. Satu outdoor dan satu lagi indoor. Untuk pengisi acara utama ditempatkan di panggung indoor. Kami langsung mencari-cari dan bertanya ke salah satu orang di mana letak panggung indoor. Setelah tau, kami pun langsung menuju ke sana karena menurut rundown, sebentar lagi Fourtwnty akan tampil. Benar, tak berapa lama setelah kami masuk ke area indoor. Fourtwnty pun tampil. Sempat berasa aneh juga sih karena acara ini gak pake MC. Tau-tau band pengisi acara muncul aja di panggung. Tapi ya, pikir gw, daripada pake MC tapi MC-nya garing, mendingan gak usah pake MC. Coba MC-nya temen-temen gw di NFC, yaitu si Gilang Gombloh dan Adjis doaibu, atau MC-MC lain yang kurang lebih setipe kayak mereka, mungkin acara ini lebih greget ya.

Gw dan istri saat menunggu Fourtwnty tampil

Oh iya ada kejadian yang gak jelas pas kami lagi nungguin Fourtwnty naik panggung. Jadi gw dan istri udah ambil posisi pas di depan panggung, di depan pagar barikade. Kanan dan kiri kamipun sudah banyak penonton. Begitu juga di belakang kami. Suasana santai-santai aja saat itu. Penonton saling mengobrol sambil menunggu Fourtwnty. Gw pun ngobrol santai dengan istri gw. Eh tiba-tiba ada security yang menepuk gw meminta agar gw menjauhi pagar barikade, agak mundur sedikit ke belakang. Gak hanya gw dan istri aja tapi penonton lain yang posisinya pas di belakang pagar barikade disuruh mundur ke belakang sekitar satu langkah. Gw kurang jelas security itu ngomong apa karena backsound di dalam venue cukup kencang. Gw pikir dia bilang kami gak boleh deket-deket pagar barikade karena takut pagarnya roboh. Sontak gw bilang, "ah nggak kok ini pagernya kuat kok", kata gw sambil mendorong-dorong pagar barikade yang memang kokoh. Lalu dia ngomong ntah apalagi yang gw kurang jelas, sempat gw tangkap bahwa posisi di depan barikade dikasih space untuk fotografer acara dan media. Pikir gw, mana ada fotografer dan media ambil tempat di area penonton. Yang ada tuh mereka di dalam barikade, di depan panggung. Sambil mikir keheranan gw pun kasih jalan ke security itu sambil ngeliat dia jalan ke arah kanan gw ngambil space penonton lainnya agar mundur selangkah menjauhi pagar. Terdengar para penonton di samping dan belakang gw bergumam tentang kelakuan security itu. Gak berapa lama kemudian gw tarik tangan istri gw agar kami kembali mendekati pagar. Penonton di samping-samping kamipun juga melakukan hal yang sama. Mungkin pikiran kami semua saat itu sama, maksud dari Security itu nyuruh kami mundur tadi apa ya...hihihi...

Yasudlah...lupakan saja.. Karena sekarang saatnya Fourtwnty naik panggung. Gw suka dengan konsep panggung mereka. Selalu menaruh 3 buah gelas jadul di atas sebuah meja kecil, dan menaruh satu gitar yang konon milik salah satu personil mereka yang tidak pernah mau untuk tampil manggung, jadi hanya di belakang layar saja. Sebuah filosofi yang unik. Memulai dengan lagu Diam-diam Kubawa 1, diikuti dengan lagu-lagu lainnya seperti Aku Bukan Binatang, Argumentasi Dimensi, Aku Tenang, Zona Nyaman, Hitam Putih, dan ditutup dengan Fana Merah Jambu, membuat penonton pun bernyanyi bersama. Situasi yang sama pada setiap kali gw melihat aksi panggung Fourtwnty. Semua pun senang. Di akhir show, gitaris Fourtwnty yaitu Nuwi melemparkan picknya ke arah penonton. Tidak terlalu jauh, sempat diperebutkan oleh penonton di sekitar kami. Hingga akhirnya pick itu jatuh ke lantai dan istri gw melihatnya. Karena gak ada penonton lain yang ngeh, istri gw pun mengambil pick itu dan memberikannya ke gw. Hehe lumayan..  

Setelah Fourtwnty, acara break dulu sekitar 30 menit untuk break Maghrib. Banyak penonton yang keluar dulu namun gw dan istri memilih tetap di dalam karena takut nanti kehilangan posisi di depan panggung, sebab setelah break Maghrib yang akan tampil adalah salah satu band favorit kami lainnya yaitu Stars and Rabbit. Sempat sih gw keluar untuk membelikan istri gw minuman karena dia kehausan, tapi setelah gw keluar dan gak dapet minuman yang dicari gw pun masuk lagi ke dalam venue indoor untuk ngasih tau istri gw. Pas mau masuk lagi ke dalam itu, gw kan maen masuk aja. karena gw pikir gw gak diperiksa lagi. Eh gw sempet dipanggil gitu sama security. Dia nanya gw udah diperiksa belum. Gw bilang aja kalo tadi gw udah masuk dari dalam gw keluar dulu, Trus gw bilang kalo mau periksa yaudah periksa aja, sambil gw buka tas gw. Dia nanya gw bawa rokok gak. Gw bilang kagak, gw gak ngerokok. Akhirnya gw pun dibolehkan masuk ke dalam. 
Sampe dalam gw bilang istri gw. Tapi karena istri gw masih kehausan, akhirnya gw pun keluar lagi nyari minuman apa aja yang deket-deket venue indoor. Dapetlah es teh manis di salah satu booth. Gw pun masuk lagi ke dalam area indoor, tapi gw gak diperiksa lagi tuh. 

Akhirnya kami pun menunggu Stars and Rabbit naik panggung. Area Indoor masih belum terlalu ramai karena sebagian penonton masih pada makan dan minum di luar. Tau-tau gitaris Stars and Rabbit, Adi Widodo, muncul di atas panggung. Diikuti dengan lengkingan khas Elda, menandakan sesaat lagi aksi panggung Stars and Rabbit akan dimulai. Dua lagu pertama, area indoor masih belum terlalu ramai. Masuk ke lagu ketiga, baru deh penonton yang dari luar mulai masuk dan memenuhi venue. Tampil membawakan lagu-lagu hits mereka seperti Worth It, Catch Me, The House dan Man Upon The Hill, Stars and Rabbit seperti biasa memukau kami para penonton yang terkesima melihat aksi mereka. Terbukti dari applause para penonton saat mereka mengakhiri setlist malam itu.

Stars and Rabbit
Setelah itu, gw dan istri keluar sebentar untuk mengisi perut. Sempat kami hendak keluar ke arah kantin yang di dekat ticket box, namun saat di pagar security check, kami tidak diperbolehkan keluar, karena menurut mereka, peraturan melarang penonton yang sudah masuk ke dalam venue untuk tidak boleh keluar lagi. Akhirnya kami pun mencari makanan di area outdoor. Setelah berkeliling ke sana ke mari, gw memutuskan untuk makan pecel aja. Kirain harganya standar gitu ya, pas gw tanya harganya berapa, ternyata satu porsi seharga 40 ribu, kalo pake telor 50 ribu. Karena mbak penjualnya udah memegang piring, gw pun gak enak untuk membatalkan jadi ya gw beli aja pecel seharga 50 ribu tersebut. Istri gw gak mau. Setelah gw makan gw pun membeli minuman Hop Hop untuk kami berdua. Lumayan pake Debit BCA dapet diskon 15%. Sepertinya karena BCA merupakan salah satu sponsor acara ini, jadi banyak keuntungan-keuntungan yang didapatkan oleh pengguna Debit dan Sakuku BCA dari mulai membeli tiket hingga membeli makanan dan minuman di booth-booth yang tersedia.

Setelah itu kamipun masuk kembali ke area indoor. Di atas panggung, Rama Satria dan DJ Halim Ardie sedang beraksi. Kolaborasi yang unik, menurut gw. Mengingat Rama Satria yang notabene adalah salah seorang gitaris blues kenamaan negeri ini berkolaborasi dengan seorang DJ. Hentakan musik yang mereka hasilkan lumayan bisa membuat badan ini bergoyang, begitu pula saat gw melihat penonton-penonton lainnya. Ada beberapa penonton bule yang turut bergoyang dan menyaksikan kolaborasi ini. 


Rama Satria dan DJ Halim Ardie

Setelah penampilan Rama Satria dan DJ Halim Ardie, penampil selanjutnya adalah para legenda orkes melayu negeri ini, yaitu OM PMR (Orkes Melayu Pancaran Sinar Petromaks). Tampil berenam dengan gaya uniknya masing-masing, OM PMR membuka aksi panggung mereka dengan mengajak penonton menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Gw dan istri kembali mengambil posisi paling depan dekat pagar barikade. Memulai dengan lagu Malam Jumat Kliwon dan Yang Hujan Turun Lagi, OM PMR membuat pecah penonton malam itu. Para penonton bergoyang...bernyanyi bersama.. Banyak yang sampe naik-naik ke punggung temannya sambil bergoyang. Selanjutnya lagu-lagu seperti Tato atau Panu, Individu Merdeka, Terlalu Lama Sendiri, Istilah Cinta, Bintangku Bintangmu membuat penonton semakin liar. OM PMR pun akhirnya menyudahi penampilan mereka dengan lagu Judul-Judulan. Setelah itu mereka pun melakukan standing ovation dan penonton pun berteriak "lagi...lagi.." agar OM PMR menambah setlist lagi. Well, menurut gw inilah show paling pecah dari OM PMR yang pernah gw tonton. 


OM PMR

Akhirnya tibalah saatnya di penghujung acara. NAIF tampil sebagai closing. Penonton masih ramai menunggu aksi dari NAIF. Satu persatu personel NAIF naik ke atas panggung, dimulai dari Pepeng, Emil, Jarwo dan David. NAIF memulai penampilan mereka dengan lagu pembuka yang, baru kali ini gw liat mereka membawakan lagu tersebut sebagai pembuka, yaitu Pujaan Hati. Dilanjutkan dengan Jikalau dan Piknik 72 yang membuat koor massal penonton. Selanjutnya hits-hits seperti Karena Kamu Cuma Satu, Di Mana Aku Di Sini, Buta Hati, Benci Untuk Mencinta, Curi-Curi Pandang, Air dan Api, lalu diakhiri dengan Aku Rela dibawakan dengan sempurna oleh NAIF. Ada satu kejadian yang menarik perhatian gw, saat lagu Benci Untuk Mencinta dibawakan, ada satu orang memakai kaos Crew - Kepencet Music Festival tampak sedang mengambil video aksi panggung NAIF. Gw tadinya gak peduli. Tapi pas Begenk, salah satu Begundals Naif mengampiri dia dan membisikkan sesuatu, sepertinya Begenk menyuruh orang itu untuk menghentikan perbuatannya, gw mencium ada sesuatu yang gak beres. Tampak beberapa Security menghampiri orang itu dan menyuruh dia berhenti. Tapi si oknum itu sepertinya tak menggubris. Gw pun memperhatikan, di depan panggung sebenernya sudah steril, bahkan fotografer pun mengambil foto dari sisi pinggir panggung. Tapi oknum itu sepertinya tambeng. Kembali Begenk menghampiri dia dan lagi-lagi gak digubris sama itu oknum. Sampai akhirnya salah satu panitia cewe menghampiri dia dan sepertinya menyuruh dia berhenti dan keluar dari area steril depan panggung, itu oknum masih tak mau bergeming, lalu dua orang security sepertinya sudah hilang kesabaran dan menggeret oknum itu kesamping. Si oknum sempat bersitegang dengan para Security yang menggeretnya. Gw menyaksikan itu semua karena posisi gw kan tepat di depan pagar barikade. Setelah itu oknum digeret ke sisi pinggir, gw sempat menduga wah kayaknya digebugin tuh oknum. Karena kejadian selanjutnya udah gak terpantau dari pandangan gw, gw pun gak ambil pusing. Kembali gw fokus menyaksikan penampilan NAIF. Setelah NAIF mengakhiri lagu Aku Rela, David pun turun dari panggung dan menyalami satu persatu penonton yang ada di depan panggung. Tampak Security sepertinya kurang nyaman dengan aksi David itu, mungkin mereka sempat bilang ke David agar kembali naik ke panggung. Tapi dari gesture David sepertinya David juga kurang nyaman dengan himbauan itu, dan sepertinya bilang ke para Security agar mereka santai aja, David pun kembali menyalami para penonton. Sampai di depan gw, David pun mengenali gw saat bersalaman dengannya. "Eh elo.." Ujar David sambil tertawa. Gw pun juga tertawa. Istri gw pun juga menyalami David. Hingga akhirnya David pun menghilang ke backstage.

Gw dan istri saat menunggu NAIF tampil

NAIF

Setelah acara usai, di sisi kiri panggung gw sempat ketemu temen-temen NFC yaitu Idrus, Iyunk dan Awal. Oh iya tadi pas NAIF on stage gw juga sempat ketemu Ipung, salah satu dedengkot NFC yang sekarang menjadi salah satu fotografer NAIF. Sempat gw dan istri difoto oleh Ipung dari depan panggung. Gw nanya ke Iyunk gimana tuh tadi si oknum yang digeret oleh Security. Ya katanya si oknum itu masih ngeyel tuh di pinggir. Tapi gak digebugin sih. Tapi terus digeret sampe ke backstage, gak boleh ada di area panggung lagi. Haha.. 



Bersama KawaNAIF : Idrus, Iyunk, Awal

Yah begitulah pengalaman gw nge-gigs di KMF. Overall sih acaranya asik-asik aja. Line-up pengisi acara yang dihadirkan oke-oke. Dari berbagai genre musik dari rap, rock, pop, blues, orkes melayu, techno, dihadirkan di acara KMF ini. Promo diskon 50% untuk pengguna Sakuku BCA-nya oke. Diskon khusus untuk makanan dan minuman di beberapa booth bagi pengguna Debit dan Sakuku BCA-nya oke. Soundnya kurang oke. Dari sejak gw nonton pas Fourtwnty soundnya kresek-kresek dan kurang nyaring. Namun tata lampunya oke. Istri gw dapat beberapa foto bagus berkat bantuan tata lampu yang ok. Evenpun gw yang pake kamera hp pun merasa terbantu saat mengambil beberapa foto dari para penampil. Securitynya agak berlebihan ya. Tapi bagus juga sih, mereka tegas melarang penonton membawa masuk rokok ke ruangan indoor. Jadinya di dalam area indoor yang ber-AC tersebut tidak ada yang merokok. Padahal salah satu sponsor acara adalah dari rokok. Soalnya di beberapa event yang pernah gw hadiri walaupun areanya indoor dan ber-AC, namun karena sponsor utamanya rokok, jadi dibolehin aja gitu beberapa penonton yang merokok di ruangan ber-AC. Mungkin bisa lebih pecah kalo ada MC tapi harus yang gokil MC-nya.

Ya semoga tahun depan bisa ada lagi nih acara Kepencet Music Festival. Dengan menghadirkan line-up yang berkualitas lagi tentunya. Konsep acaranya sih udah ok. Salah satu gigs asoy yang pernah gw datengin, hehe.. Sukses, Kepencet Music Festival!